Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan
sejumlah uang. Secara lebih khusus menurut (Tandelilin, 2001 : 5) ada beberapa
alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain :
a.
Untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa depan.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan
tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan
datang.
b.Mengurangi resiko inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan atau
hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang – bidang usaha
tertentu.
Dasar
Keputusan Investasi
Adapun Dasar keputusan investasi menurut Tandelilin (2005) terdiri dari:
a.
Return Alasan
utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam manajemen
investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang
sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang
telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang
dilakukannya merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan
resiko penurunan daya beli akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam berinvestasi
perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang
terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang
diantisipasi investor dimasa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return
aktual merupakan return yang telah diperoleh investor dimasa lalu. Antara
tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh
investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara
return yang diharapkan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return,
investasi harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.
b.
Risk Korelasi langsung antara pengembalian dengan resiko,
yaitu : semakin tinggi pengembalian, semakin tinggi resiko. Oleh karena itu,
investor harus menjaga tingkat resiko dengan pengembalian yang seimbang
c.
The time factor Jangka waktu adalah hal penting
dari definisi investasi. Investor dapat menanamkan modalnya pada jangka pendek,
jangka menengah, atau jangka panjang. Pemilihan jangka waktu investasi
sebenarnya merupakan suatu hal penting yang menunjukkan ekspektasi atau harapan
dari investor. Investor selalu menyeleksi jangka waktu dan pengembalian yang
bisa memenuhi ekspektasi dari pertimbangan pengembalian dan resiko.
Proses
keputusan investasi merupakan proses keputsan yang berkesimbungan (going
process) keputusan yang berjalan terus menerus sampai tercapai keputusan
in-vestasi terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap
keputusan, yaitu:
1.
Penentuan tujuan investasi
2. Penentuan kebijakan investasi
3. Pemilihan strategi portofolio
4. Pemilihan asset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portfolio.
Penentuan Tujuan Investasi. Tahap pertama dalam
proses keputusan investasi adalah penentuan tujuan investasi yang akan
dilakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung
pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, lembaga dana pensiun
yang bertujuan yang memperoleh dana untuk membayar dana pensiun dana pensiun
nasabahnya di masa depan mungkin akan memi-lih akan memilih investasi portfolio
reksa dana. Sedangkan bagi institusipenyimpan dana seperti bank misalnya,
mempunyai tujuan untuk memperoleh return yang lebih tinggi di atas biaya
investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangakan ataupun pada penyaluran
kredit yang lebih beresiko tetapi memberi harapan return tinggi.
Penentuan kebijakan investasi. Tahap kedua
ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang
telah ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset
asset allocation decision). Keputusan ini me-nyangkut pendistribusian dana yang
dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estat
ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus mem-perhatikan berbagai
batasan yang memperngaruhi kebijakan investasi seperti beberapa dananya yang
dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak pada
pelaporan yang harus ditanggung.
Pemilihan
strategi portfolio. Strategi portfolio yang dipilih harus konsisten dengan dua
tahap sebelumnya. Ada dua strategi portfolio yang bisa dipilih, yaitu strategi
portfolio aktif dan strategi portfolio pasif. Strategi portfolio aktif meliputi
kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara
aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik yang seiring dengan
kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi
yang tersedia akan diserap pasar dan direflesksikan pada harga saham.
Dengan
strategi aktif, investor berusaha mengindentifikasikan saham-saham yang dia
pertimbangkan akan bagus di masa mendatang dengan kata lain, dia akan men-coba
untuk mencari winners. Sebaliknya denggan strategi pasif, investor dapat
membeli reksa dana (muntual fund).
Pengukuran
dan eavaluasi kinerja portfolio. Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari
proses keputusan investai. Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita
langsung mengatakan bahwa ini adalah tahap terakhir, karena sekali lagi,
pro-ses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan
dan terus menerus. Artinya jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja yang
telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan
investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama demikian seterusnya sampai
dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran dan evaluasi
kinerja in meliputi pengukuran kinerja portfolio dan membandingkan hasil
pengukuran tersebut dengan kinerja portfolio dan pembandingan hasil pengukuran
tersebut dengan kinerja portfolio melalui proses benchmarking. Proses
benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk
mengetahui seberapa baik kinerja portfolio yang telah ditentukan diban-dingkan
dengan kinerja portfolio lainnya (portfolio pasar)
SUMBER
: http://jurnal-sdm.blogspot.co.id/2009/07/keputusan-berinvestasi-tujuan-dasar-dan.html
https://ssaengi.wordpress.com/2014/05/14/proses-keputusan-investasi/
Struktur
modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang dengan modal
sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan
perusahaan dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah
struktur modal adalah erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana
disusun dari jenis-jenis funds yang membentuk kapitalisasi adalah struktur
modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik
yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan.
Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi.
Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para
kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari
kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik
merupakan modal sendiri.
Kebijakan
mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi
sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang
makin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi
meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham
tersebut. Sruktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan
kesimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (
Brigham dan Houston, 2001).
b. Teori
Struktur Modal
1) Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen
dan William H. Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi,
2004) ,yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham,
sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak
atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Biaya
yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya
agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi (2004) adalah
biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan
bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual
perusahaan dengan kreditur dan pemegang saham.
2)
Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston
(2001) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi
petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan
dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur
modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu
isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila
suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya,
maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti
memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun
prospek perusahaan cerah.
3)
Pecking Order Theory
Packing order theory mengasumsikan bahwa
perusahan bertujuan untuk memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham.
Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari internal, retained
earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984 dalam
Perminas Pangeran, 2004). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan
utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
Model pecking order theory memfokuskan pada
motivasi manejer korporat, bukan pada prinsip-prinsip penilaian pasar modal.
Pecking order theory mencerminkan persoalan yang diciptakan oleh asimetrik
informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut ini, (Meyers,
1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) :
Para manejer mengetahui lebih banyak tentang
perusahaan daripada investor luar, namun mereka enggan untuk menerbitkan saham
ketika percaya saham mereka adalah undervalued.
Investor
memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka mencoba
menerbitkan sesuai waktu yang tepat. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas
sebagai bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga
discount. Perusahaan yang bekerja
berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan ekuitas eksternal
kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan investasi yang baik, karena
saham tidak dapat dijual pada “fair Price”. Menurut Myers (1996) dalam Saidi (2004) perusahaan
lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang
berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber
dana dengan mengacu packing order theory adalah internal fund (dana internal),
debt (utang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003).
4) Trade
Off Theory
Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat
dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal sehingga disebut pula
sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999 dalam Kaaro, 2003). Berdasarkan
teori Modigliani dan Miller (1996) dalam Adler Haymans Manurung (2004), semakin
besar utang yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Modigliani
dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur
modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan
penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut
model trade off ( Myers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004).
Perusahaan
mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang optimal. Struktur
modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak
atas penggunaan utang terhadap biaya kebangkrutan. Penggunaan utang
mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor, jadi semakin besar
utang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham perusahaan.
Berdasarkan makalah Modigliani-Miller dengan pajak, harga saham perusahaann
akan dimaksimumkan jika menggunakan utang 100 persen. Dalam kenyatannya, jarang
ada perusahaan yang menggunakan utang 100 persen karena perusahaan membatasi
penggunaan utang untuk menekan biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan
(Brigham dan Houston, 2001).
PEMBAHASAN
Setiap
perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk penetapan
struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau menggabungkan
usahanya besar kemungkinannya akan_melakukan perubahan struktur modal yang
disebabkan adanya perubahan modal atau tambahan modal. Dua hal yang harus
dilakukan perusahaan ; Pertama, menentukan besarnya Kebutuhan modal
kuantitatif. Kedua, menentukan sumber modal kualitatif/jenis modal yang akan
ditarik. Proses pertama dikatakan sebagal proses Kapitalisasi, sedangkan yang
kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur Modal. Untuk menentukan
Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabei yang
mempengaruhinya. Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu ;
Tingkat bunga, Stabilitas penjualan, Tingkat pertumbuhan penjualan, Susunan
Aktiva, Kadar risiko dari aktiva, Kebutuhan modal, Struktur saingan, Keadaan
pasar modal, Sikap manajemen, dan Sikap pemberi pinjaman. Bagi perusahaan
susunan struktur modal terbaik dikatakan sebagal Struktur Modal Optimum.
Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur modal
yang menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal. Sedangkan
menurut pendekatan biaya modal struktur modal optimum adalah struktur modal
yang dapat meminimumkan rata-rata biaya modal perusahaan. Metoda biaya modal
ini dapat dianalisis dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang dipilih
pada persoalan ini adalah Pendekatan Tradisional yang menyatakan bahwa struktur
modal optimum akan terjadi pada kondisi rata-rata biaya modal minimum dan nilai
perusahaan maksimum. Disini harus dilakukan analisis terhadap variabel-variabel
yang berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan dan hubungannya dengan
penentuan nilai perusahaan. Sehingga harus ditentukan :
1.
Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan menggunakan Analisa Faktor.
2.
Menentukan nilai perusahaan yang maksimum.
Menurut
Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur modal
yang optimal, yaitu :
1. Stabilitas Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat
lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Operating Leverage Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih
mampu untuk menaikkan penggunaan leverage keuangan ( hutang ).
3. Corporate Taxes Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan
jika menggunakan hutang. Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi, maka
keuntungan menggunakan hutang akan lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap
sama.
4. Kadar resiko dari aktiva Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam
perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka waktu penggunaan suatu
aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat resikonya. Dan perkembangan dan
kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada henti, dalam artian
ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam
artian teknis masih dapat digunakan.
5. Lenders dan rating agencies Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih,
maka pihak lenders akan mulai meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan
rating agencies akan mulai menurunkan rating pada tingkat hutang perusahaan.
6. Internal cash flow Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih
stabil dapat menjastifikasi sebuah tingkat leverage lebih stabil.
7. Pengendalian Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai
dengan menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding commonstock.
Tujuan dari peningkatan hutang tersebut adalah untuk mendapatkan return yang
lebih tinggi., sedangkan pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih
meningkatkan tingkat pengendalian.
8. Kondisi ekonomi Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi
pada pasar keuangan dapat mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat
suku bunga tinggi, mungkin keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term
debt, dan akan dilakukan refinance dengan long-term debt atau equity jika
kondisi pasar memungkinkan.
9. Preferensi pihak manajemen Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya
manajemen mempunyai peran dalam hubungannya dengan kombinasi debt-equity
perusahaan pada struktur modalnya.
10. Debt covenant Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan
terwujud melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).
11. Agency cost
Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan
pihak manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan
antara manajer, kreditur dan juga para shareholders.
12.
Profitabilitas Perusahaan dengan
profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang lebih besar
dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).
Pada
kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4 faktor yang
dominan terhadap penentuan struktur modal, yaitu:
Faktor 1: Stabilitas pendapatan dan kebutuhan modal, komponen
variabelnya: Stabilitas penjualan dan kebutuhan modal. Dengan variabel yang
dominan adalah kebutuhan modal.
Faktor 2: Struktur pasar industri yang terdiri variabel; struktur
saingan, tingkat bunga, tingkat pertumbuhan penjualan, dan kadar risiko dari
aktiva. Variabel dominannya adalah struktur saingan.
Faktor 3: Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap
pemberi pinjaman, susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel dominannya
adalah sikap pemberi pinjaman.
Faktor 4: Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel keadaan pasar
modal, sehingga variabel dominannya adalah variabel keadaan pasar modal.
Untuk
penentuan nilai perusahaan, dengan menggunakan pendekatan Tradisional sebagai
alat manajemen keuangan diperoleh hasil bahwa nilai perusahaan akan meningkat
dengan rata-rata biaya modal perusahaan melalui cara perusahaan modal
pinjamannya. Dan struktur modal diterapkan harus mempunyai ratio hutang
maksimum sehingga mencapai struktur modal optimum.
Pendekatan
dalam Teori Struktur Modal
1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI Approach)
Dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan asumsi
bahwa investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang
perusahaan. Pendekatan ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang
bersifat konstan berapapun tingkat hutang yang digunakan perusahaan.
2. Pendekatan Traditional (Traditional Approach) Diasumsikan terjadi perubahan
struktur modal dan peningkatan nilai total perusahaan melalui penggunaan
financial leverage (hutang dibagi modal sendiri).
3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach) MM berpendapat bahwa risiko
total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun struktur modal
perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa
pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat
perlindungan atas nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total
perusahaan tergantung dari keuntungan dan risiko, sehingga nilai perusahaan
tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi yang digunakan adalah,
pasar modal sempurna, nilai yang diharapkan dari distribusi probabilitas semua
investor sama, perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang sama dan
tidak ada pajak
Strategi
efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan
efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan
modal kerja dan biaya operasional perusahaan perlu mengadakan perencanaan
penghematan diberbagai bidang. Implikasi strategi efisiensi biaya adalah:
Meminimalkan
Kenaikan Biaya Tetap dengan cara pertumbhan pegawai negatif dan rasionalisasi
pegawai.
Mengurangi
Biaya Tetap tunai dengan cara pengaturan struktur modal melalui penggunaan
fasilitas kredit jangka panjang untuk memenuhi modal kerja dan penggunaan
fasilitas kredit lunak UKM sehingga beban bunga lebih rendah. Efisiensi biaya variabel dilakukan ditingkat proses
produksi dengan cara pengaturan penggunaan lini mesin pemotongan sesuai jumlah
sapi . Biaya variabel juga dapat dihemat dengan strategi kemitraan usaha baik
ditingkat on farm (penyediaan bahan baku), maupun pemasaran produk sehingga
biaya operasional ditanggung barsama. Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of
capital. Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of capital
emisi saham baru, cost of capital saham biasa, cost of capital laba ditahan,
dan weighted average cost of capital. Dan struktur modal yang optimum tercapai
apabila biaya modal rata-rata tertimbang adalah rendah. Karena biaya modal ini
berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat struktur modal optimum
diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.
Untuk
menghitung besarnya biaya modal dalam kaitanya dengan struktur modal dan nilai
perusahaan digunakan beberapa rumus berikut
1. Rumus
pertama untuk menghitung return obligasi :
Ki = I/B
Dimana :
I = bunga hutang tahunan
B = Nilai pasar obligasi yang beredar
Ki = Return dari obligasi
2. Rumus kedua untuk menghitung return saham biasa :
Ke = E/S
Dimana :
E = Laba untuk pemegang saham biasa
S = Nilai pasar saham biasa yang beredar
Ke = Return dari saham biasa
3. Rumus ketiga untuk mengitung return bersih perusahaan : Ko = O/V
Dimana :
O = Laba
operasi bersih
V = Total Nilai perusahaan
Ko = Return bersih perusahaan
SUMBER
: http://kikimariki.blogspot.co.id/2008/12/manajemen-keuangan-struktur-modal.html