Sabtu, 06 Mei 2017

ANALISA BREAK EVEN POINT DAN CONTOH KASUSNYA

Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian, impas antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan pendapatan yang diterima.

Manfaat Analisis Break Even Point

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenaihal-hal sebagai berikut:

Jumlah penjualan minimalyang harus dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian 
Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi 
Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

Jenis Biaya Berdasarkan Break Even Point

Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3. Semi Varibel Cost
      Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi salesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi

Kekurangan Analisis BEP :
Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
Sales mix adalah konstan

Rumus BEP : 

       Atas dasar unit
BEP UNIT : FC / P-VC

      Atas dasar sales dalam rupiah
BEP RUPIAH : FC / 1-VC/P

Keterangan:

FC : Biaya Tetap
P       : Harga jual per unit
VC : Biaya Variabel per unit

Biaya tetap adalah total biaya yang tidak akan mengalami perubahan apabila terjadi perubahan volume produksi. Biaya tetap secara total akan selalu konstan sampai tingkat kapasitas penuh. Biaya tetap merupakan biaya yang akan selalu terjadi walaupun perusahaan tidak berproduksi.

Biaya variable adalah total biaya yang berubah-ubah tergantung dengan perubahan volume penjualan/produksi. Biaya variable akan berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi

·         Keterbatasan Analisis Break Even Point

Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini at dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab ini bagi analis perlu diketahui bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:

1.    Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put tertentu
2.     Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3.    Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4.    Sales mix adalah konstan

Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, Break Even Point (BEP) akan bergeser atau berubah apabila:

Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau sebaliknya. 
Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau sebaliknya. 
Perubahan dalam sales price per unit . Perubahan ini akan mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya. 
Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan 20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan berubah. 
   
Margin Of Safety

Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis break even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian. Formulasinya adalah sebagai berikut:

M/S = (Budget sales – BEP)/ Budget sales

Budget Sales adalah jumlah penjualan yang telah ditargetkan. 



Contoh Kasus Break Even Point    
   

CV. ERA DINAMIKA membuat  dan  menjual  dua jenis produk yaitu Kosimil dan Lusimol. Total biaya tetap untuk kedua jenis produk tersebut Rp. 60.000,00. Harga  jual, biaya  variabel, dan laba kontribusi per unit serta rasio masing-masing produk adalah :

                                                Produk Kosimil           Produk Lusimol
Harga Jual                             Rp. 12,00     100%       Rp. 8,00    100%
Biaya Variabel                      Rp.  6,00      50%          Rp. 6,00     75%
Laba Kontribusi                   Rp.  6,00      50%          Rp. 2,00     25%


1Jika komposisi penjualan produk K dan L dalam unit masing-masing1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah penjualan  pada titik  impas dengan teknik :

   a.  Rasio LK rata-rata
   b. LK rata-rata per unit 

2. Jika  total penjualan yang direncanakan untuk kedua jenis produk tersebut  sebesar 20.000 unit, dan  komposisi penjualan produk K dan  L  dalam unit masing-masing 1 : 1 atau  dalam  rupiah 3 : 2, hitunglah besarnya laba yang direncanakan


Penyelesaian :
1. Menghitung penjualan pada titik impas dengan komposisi produk K
   dan L dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah 3 : 2.

a.       Teknik CM ratio rata-rata
                                                                 a + i
   BEP (Rp)     =        -----------------------------
                                   Rasio Laba  Kontr. Rata-rata

                                                        Rp. 60.000 + 0
                                 =               --------------------------         = Rp. 150.000,00
                                                (50% X 3) + (25% X 2)
                                                  --------------------------
                                                                  3 + 2

 Titik impas tercapai pada penjualan sebesar Rp. 150.000,00. Produk K dan produk L dengan komposisi 3 : 2, maka  produk K sebesar = 3/5 (Rp. 150.000) = Rp. 90.000,00  dan  produk  L sebanyak  Rp. = 2/5 (Rp. 150.000) = Rp. 60.000,00.


b.      Teknik Laba Kontribusi Rata-rata per unit

                                                                       a + i
 BEP (Unit)     =          --------------------------------
                                           Laba  Kontr. Rata-rata per unit

                                                            Rp. 60.000 + 0
                                    =           -------------------------------
                                             (Rp. 6,00 X 1) + (Rp. 2,00 X 1)
                                                  --------------------------------
                                                                   1      +          1

                                           Rp. 60.000
                                    = --------------------        =  15.000 unit
                                                  4

 Titik impas tercapai pada penjualan sebanyak 15.000 unit, produk  K dan produk L  dengan komposisi 1 : 1, maka  penjualan  produk K  =  1/2 (15.000 ) = 7.500 unit, dan  produk L = 1/2 (15.000) = 7.500 unit.
 Bukti :
                            Produk K               Produk L            Total
                           7.500 unit              7.500 unit         15.000 unit
                                 Jumlah      %      Jumlah       %     Jumlah      %


 Penjualan            Rp. 90.000  100   Rp. 60.000  100  Rp. 150.000  100
 Biaya Variabel       45.000     50       45.000    75       90.000   60
                                  -------------------------------------------------------
 Laba Kontribusi      45.000     50       15.000    25       60.000   40
 Biaya Tetap                                                                                60.000
                                                                                                                --------
 Laba Bersih                                                                                      0


2. Jika  total  penjualan 20.000 unit  dengan  komposisi penjualan
   produk k dan L masing-masing dalam unit 1 : 1 atau dalam rupiah
   3 : 2, maka besarnya laba adalah :
                 Produk K             Produk L           Total
                10.000 unit         10.000 unit        20.000 unit
                 Jumlah       %     Jumlah       %     Jumlah        %

Penjualan       Rp. 120.000   100  Rp. 80.000    100  Rp. 200.000   100
Biaya Variabel       60.000    50      60.000     75      120.000    60
                                 --------------------------------------------------------
Laba Kontribusi      60.000    50      20.000     25      80.000     40
Biaya Tetap                                                                              60.000
                                                                                                            ---------
Laba Bersih                                                                              20.000



Kesimpulan :
Dampak Perubahan Komposisi Penjualan terhadap hubungan CPV Perusahaan  yang  menjual  lebih dari satu macam produk seringkali mempunyai kesempatan untuk  menaikkan laba kontribusi dan menurunkan titik impas dengan cara memperbaiki komposisi penjualan, yaitu menaikkan proporsi penjualan  produk  yang menghasilkan rasio laba kontribusi (contribution margin ratio) yang tinggi.

http://sitirismaini.blogspot.co.id/2012/04/analisis-break-even-point.html


ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA

Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Definisi
Laporan perubahan kas (cash flow statement) atau laporan sumber dan penggunaan kas disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan tersebut dengan menun jukan darimana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaanya.

Laporan sumber dan penggunaan kas menggambarkan atau menunjukan aliran atau gerakan kas yaitu sumber-sumber penerimaan dan penggunaan kas dalam periode yang bersangkutan.
Laporan sumber dan penggunaan kas akan dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas dimasa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada.

Tujuan Cash Flow Statement yaitu:
Menunjukkan perubahan kas selama satu periode.
Mengidentifikasi sumber-sumber Kas selama satu periode.
Mengidentifikasi penggunaan Kas selama satu periode.

Sumber Penerimaan Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likwid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi likwiditasnya. Kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik. Baik penerimaan maupun penggunaannya.
Sumber penerimaan kas suatu perusahaan :
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang
2. Penjualan, emisis saham atau adanya tambahan modal dari pemilik dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang (wesel, obligasi)
4. Bertambahanya Hutang (kewajiban ) baik jangka pendek maupun panjang.
5. adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas.
6. adanya penerimaan kas karena sewa , bunga atau devuden dari investasinya, sumbangan, hadiah dan restitusi pajak.
Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan karena adanya transaksi-transaksi sebagai berikut.
1). Penggunaan kas
a. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang.
b. Penarikan kembali saham yang beredar maupun pengambilan (prive) oleh pemilik.
c. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang
d. Pembelian barang dagangan secara tunai.
e. Pembayaran biaya operasi perusahaan.
f. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pajak, denda dsb.
2). Transaksi yang tidak mempengaruhi kas
a. Adanya pengakuan atau pembebanan depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap aktiva tetap, intangible asset dan dan wasting asset. Biaya depresiasi ini merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran kas.
b. Pengakuan adanya kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan kerugian piutang maupun tidak dan penghapusan piutang karena piutang yang bersangkutan tidak dapat ditagih.
c. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki karena aktiva ybs telah habis disusutkan atau sudah tidak dapat dipakai lagi.
d. Adanya pembayaran stock deviden, adanya penyisihan atau pembatasan pengguanaan laba dan adanya penilaian kembali (revaluasi) terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
e. Terhadap trasnsaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi kas tersebut harus dilakukan jurnal penyesuaian (adjustment dan reversal )


PENTINGNYA ANALISIS PERUBAHAN PENGHASILAN DAN BIAYA
Analisis pos-pos laporan laba rugi yang terperinci sangat penting karena keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung pada realisasi keuntungan. Analisis pos-pos laporan laba rugi untuk satu periode saja akan kurang berarti karena tren dari penghasilan, harga pokok penjualan, dan biaya tidak dapat ditentukan. Dari perbandingan pos-pos penting seperti total penjualan, harga pokok penjualan, laba bruto, biaya usaha, laba usaha, dan laba bersih selama dua periode atau lebih akan diperoleh gambaran tentang perubahanya. Apakah perubahan tersebut menguntungkan atau merugikan, faktor-faktor yang menyebabkan adanya perubahan itu, memerlukan analisis lebih lanjut.
Dari hasil penjualan yang diperoleh sebagian akan digunakan untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha dan sisanya perubahan laba usaha. Apabila volume penjualan dicapai dengan biaya-biaya usaha yang bertambah besar, ini akan mengurangi laba usaha, dan akibatnya mungkin tidak diperoleh laba yang cukup untuk membayar beban bunga dan deviden (bagian keuntungan bagi pemegang saham). Kenaikan dalam volume penjualan belum tentu menguntungkan bagi perusahaan apabila kenaikan volume penjualan itu diikuti kenaikan biaya-biaya usaha yang cukup besar. Analisis perubahan akan mencakup studi tentang perubahan penjualan, perubahan laba bruto, dan perubahan laba bersih. Juga penting dipelajari adanya perubahan tingkat harga selama jangka waktu yang diamati. Dalam menganalisis penjualan, juga perlu di analisis adanya retur dan rabat penjualan yang harus dikurangi dari penjualan bruto. Banyaknya retur penjualan mungkin disebabkan oleh kurang hati-hatinya pada waktu pengepakan dan pengiriman barang pesanan langganan sehingga menyebabkan rusaknya atau cacatnya barang dan rendahnya kualitas barang.
B.  RASIO HARGA POKOK PENJUALAN DENGAN PENJUALAN BERSIH DAN RASIO LABA BRUTO DENGAN PENJUALAN BERSIH
Selesih antara penjualan bersih (unit penjualan kali harga jual) dengan harga pokok penjualan (unit penjualan kali unit cost) menunjukan laba bruto. Laba bruto digunakan untuk menutup biaya usaha dan biaya lain-lain, sisanya merupakan laba bersih atau rugi. Rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi harga pokok penjualan dengan penjualan bersih, rasio ini mencerminkan persentase dari penjualan bersih yang diserap untuk ongkos barang jadi yang kemudian dijual. Rasio laba bruto dengan penjualan bersih dihitung dengan membagi laba bruto dengan penjualan bersih, rasio ini dapat juga dihitung dengan mengurangkan rasio harga pokok penjualan dengan penjualan bersih dari angka 100%.
Perubahan laba bruto dapat dianalisis dengan melihat perubahan penjualan bersih (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga penjualan per unit) dan perubahan harga pokok penjualan (baik perubahan jumlah unit yang dijual maupun perubahan harga pokok per unit/harga beli per unit). Misalnya bila terjadi kenaikan laba bruto, mungkin disebabkan oleh faktor;
1.      Harga jual per unit naik, sedang harga pokok penjualan tetap.
2.      Harga pokok penjualan lebih rendah, sedang harga jual per unit tetap.
3.      Kombinasi keduanya, yakni harga jual per unit naik dan harga pokok per unit turun.
4.      Jumlah unit yang dijual meningkat, sedang harga jual per unit dah harga pokok per unit tetap.
Kenaikan laba bruto karena kenaikan harga jual tidak dapat dipakai sebagai pengukur kegiatan bagian penjualan karena perubahan harga jual lebih ditentukan oleh faktor-faktor yang berada diluar perusahaan (faktor instern). Perubahan harga jual ditentukan oleh kekuatan permintaan penawaran dipasar yabg sulit dikendalikan oleh perusahaan, lain hal nya dengan perubahan jumlah unit yang dijual. Perubahan laba bruto yang disebabkan oleh adanya perubahan jumlah unit yang dijual mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan bagian penjualan. Kenaikan laba bruto karena adanya kenaikan jumlah unit yang dijual berarti bagian penjualan telah bekerja lebih aktif. Apabila biaya pemasaran dapat dipertahankan berarti perusahaan telah dapat meninglatkan efesiensi dalam operasinya.
Rasio laba bruto yang rendah mungkin di akibatkan adanya kebijaksanaan pembelian dan mark-up yang tidak menguntungkan, ketidak mampuan manajemen meningkatkan volume penjualan, harga menurun (untuk meningkatkan volume penjualan) tetapi tidak disertai dengan turunnya harga pokok barang, meningkatnya ongkos produksi karena kelebihan investasi fasilitas pabrik atau karena adanya kenaikan bahan, kenaikan upah, atau kenaikan harga-harga umum yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Perubahan tingkat harga pokok penjualan pada waktu harga naik turun disebabkan oleh adanya perbedaan metode dalam menilai persediaan akhir. Penggunaan metode FIFO atau LIFO akan menberikan hasil yang berbeda.
C.  LAPORAN PERUBAHAN LABA BRUTO
Dalam suatu perusahaan yang memproduksi dan menjual satu macam produk atau barang, laporan perubahan laba bruto menunjukkan pengaruh perubahan dalam volume penjualan, perubahan dalam harga jual, dan perubahan dalam harga pokok barang yang di produksi dan dijual. Dengan perkataan lain laporan tersebut menunjukan:
1.      Perubahan penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok penjualan per unit.
2.      Perubahan harga pokok penjualan yang disebabkan adanya perubahan dalam jumlah unit yang dijual dan perubahan dalam harga pokok per unit.
Contoh:
Laporan perhitungan laba rugi dari PT Takasih Murah akhir tahun 2003 yang diperbandingkan dengan tahun 2002 menunjukan sebagai berikut.

HUBUNGAN BIAYA USAHA DENGAN PENJUALAN NETTO
            Antara biaya usaha dengan volume penjualan terdapat hubungan yang penting. Analisis masing-masing pos biaya usaha dalam hubungannya dengan volume penjualan bertujuan untuk mengetahui kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya sehubungan dengan perubahan volume penjualan. Apabila volume penjualan berubah biasanya beberapa biaya penjualan seperti biaya advertensi (biaya iklan) atau promosi penjualan, biaya penyimpanan, biaya pengiriman, biaya pengepakan, gaji dan komisi salesman, biaya telepon akan ikut berubah pula. Biaya umum dan administrasi cenderung tidak banyak berubah terutama apabila meningkatnya penjualan di sebabkan faktor kenaikan harga penjualan.
            Rasio masing-masing biaya usaha (biaya penjualan, biaya umum, dan administrasi) dengan penjulan netto menunjukkan persentase dari penghasilan atau penjualan netto yang telah dipergunakan untuk menutup berbagai biaya usaha. Rasio semacam ini amat bermanfaat dalam pembandingan antarperusahaan sejenis atau pembandingan dari tahun ke tahun untuk perusahaan dengan penjualan netto.
            Penganalisis umumnya hendak mengetahui sebagai berikut:
1.      Apakah harga pokok penjualan dan biaya-biaya tinggi sehingga ada kemungkinan perusahaan menderita rugi (operating loss)?
2.      Apakah gaji karyawan, pegawai berbeda dari ukuran rata-rata dari perusahaan sejenis?
3.      Apakah salesman digaji atau dibayar komisi?
Jika harga-harga meningkat atau menurun beberapa pos biaya cenderung meningkat atau menurun secara proporsional. Adapun biaya penyusutan pada umumnya akan tetap atau meningkat tetapi dengan persentase yang kecil.
Sebagai contoh ilustrasi sebagai berikut:
PT Takasih Murah
Laporan Biaya Penjualan Yang Diperbandingkan
Untuk tahun yang berakhir 31 desember 1998-2003
keterangan
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
Jutaan
Rp
%
Biaya advertensi
Biaya toko cabang
Biaya pengiriman
Transport penjualan
Gaji salesman
Biaya perjalanan salesman
Biaya penjualan lain-lain
35,8
50,6
26,2
7,6
69,4
15,0
9,8
2,2
3,1
1,6
0,5
4,3
0,9
0,2
42,6
53,0
24,0
8,4
78,6
15,4
8,4
2,5
3,1
1,4
0,5
4,6
0,9
0,5
46,4
55,0
20,6
8,6
84,4
13,8
3,4
2,7
3,2
1,2
0,5
4,9
0,8
0,2
81,6
79,2
24,0
12,0
129,8
28,8
9,8
3,4
3,3
1,2
0,5
4,9
0,8
0,2
110,0
88,6
24,2
13,4
147,6
34,8
2,6
4,1
3,3
0,9
0,5
5,5
1,3
0,1
135,4
100,4
23,4
15,2
168,4
51,2
13,2
4,5
3,4
0,8
0,5
5,7
1,7
0,4
Jumlah biaya penjualan
214,4
3,2
230,4
13,5
232,2
13,5
365,2
15,2
421,2
15,7
507,2
17,0
tren persentase-biaya penjualan
penjualan netto
tren persentase-
penjualan netto

100
1.625,0

100

107
1.707,4

105

108
2.402,4

106

170
2.402,4

148

196
2.682,6

165

237
2.983,6

184

            Dalam contoh tersebut, selama enam tahun 998-2003 persentase biaya penjualan dari penjualan neto menunjukkan kenaikkan, yaitu secara berturut-turut 13,0%, 13,5%, 3,5%, 15,2%, 15,7%, dan 17,0%. Ini berarti bagian dari penjualan neto yang dipergunakan untuk menutup biaya penjualan secara relatif  semakin bertambah banyak. Penjualan neto selama enam tahun memang menunjukkan peningkatan yaitu sebanyak 84%, tetapi selama jangka waktu yang sama, biaya penjualan telah meningkat dengan persentase yangt lebih besar, yakni 137%. Keadaan yang demikian mungkin merupakan pencerminan dari hal-hal seperti:
1.      Telah dilaksanakan program-program promosi penjualan yang lebih banyak tetapi tidak berhasil meningkatkan penjualan dalam proporsi yang sama dengan tambahan biaya.
2.      Telah dilakukan program penjualan baru secara intensif dan ektensif tetapi keuntungan yang diharapkan gagal direalisasi.
3.      Manajer penjualan (merchandising) tidak berhasil menaikan harga jual eceran.
4.      Biaya penjualan yang dipengaruhi volume penjualan melebihi tingkatan harga jual eceran.
E. RASIO LABA USAHA DENGAN PENJUALAN NETO
            Rasio laba usaha dengan penjual an neto disebut profit margin dihitung dengan membagi laba usaha dengan penjualan neto.
            Profit margin  
            Persentase tersebut menunjukkan bagian penjualan neto yang masih ada setelah dikurangi  dengan harga pokok penjualan dan biaya-biaya usaha.
            Dalam laporan laba rugi jumlah laba usaha ini memberi gambaran yang penting karena menunjukkan tingkat keberhasilan penjualan (keberhasilan kegiatan pembelian, produksi dan penjualan). Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba usaha perusahaan dari tahun ke tahun. Faktor tersebut terutama  berupa pengaruh perubahan tingkat penjualan, perubahan harga pokok penjualan, dan perubahan biaya usaha.
            Rasio laba usaha dengan penjualan neto berkaitan dengan total aktiva yang digunakan untuk mencapai sales revenue. Rasio laba usaha dengan penjualan neto bersifat komplementer dengan rasio laba usaha dengan total operating assets (return onINVESTMENThttp://cdncache1-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png atau earning power). Volume penjualan akan tergantung pada kapasitas pabrik-modal ditanamkan dalam bentuk aktiva- dan aktiva kemudian di operasikan bagi kegiatan penjualan.
            Rasio tersebut juga berkaitan dengan perputaran persediaan dan perputaran piutang. Perputaran persediaan dan piutang yang tinggi dihasilkan karena penjualan yang semakin tinggi pula. Tingginya tingkat penjualan mungkin karena rangsangan berupa harga yang lebih rendah dan pemberian potongan harga pada pembelian tunai. Apabila hal ini tidak diikuti dengan penurunan harga pokok penjualan dan penghematan biaya usaha, laba usaha dapat menurun. Apabila laba usaha menurun akibat biaya-biaya meningkat relatif lebih besar daripada meningkatnya volume penjualan.
Sebagai contoh berikut ini:

PT Takasih Murah
Data Laporan Laba Rugi Utama, Profit Margin, dan Operating Ratio
Untuk tahun 1998-2003 

Dari data diatas, terlihat bahwa selama tahun 1998-2003 telah terjadi keadaan yang tidak menguntungkan. Hal ini tercermin dari data Profit Margin (ratio of operating income to net sales). Rasio ini telah menurun dari 7,8% pada tahun 1998 Menjadi 6,1 pada tahun 2003. Penjualan (sales) dan laba usaha (operating income) kedua-duanya meningkat, tetapi kenaikan laba usaha lebih kecil daripada persentase kenaikan penjualan, yaitu 44% dibanding 84% selama enam tahun. Hal ini diakibatkan terjadinya persentase kenaikan harga pokok penjualan (cost of goods sold) dan persentase kenaikan sales. Biaya dalam arti luas (cost of goods sold ditambah operating expenses) telah meningkat 87% selama enam tahun.


RASIO PENJUALAN NETO DENGAN AKTIVA USAHA
Rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, yang juga disebut perputaran aktiva usaha (turnover of total operating assets), dihitung dengan membagi penjualan netto dengan total aktiva usaha neto (nilai buku). Rasio ini bertujuan untuk mengukur pendayagunaan aktiva usaha (operating assets), yakni apakah misalnya terjadi kecenderungan kelebihan investasi dalam aktiva dalam kaitannya dengan volume penjualan yang dicapai. Pada umumnya perusahaan memerlukan sejumlah aktiva usaha yang harus di operasikan secara efisien untuk mencapai volume penjualan yang di kehendaki.
Rasio tersebut sebenarnya hanya merupakan perbandingan kasar atau pengukuran kasar tentang efisiensi penggunaan aktiva usaha, sedang keberhasilan penjualan itu sendiri sebenarnya banyak di tentukan oleh efektivitas kerja salesman dan kegiatan advertensi dan kegiatan promosi lainnya. Perluasan pabrik misalnya, tidak langsung berpengaruh pada penjualan tetapi berpengaruh terhadap penghematan biaya sehingga akhirnya berpengaruh pada peningkatan laba bersih. Dalam menghubungkan penjualan neto dengan aktiva usaha bukan bertujuan untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, tingkat profitabilitas diukur dengan menghitung rasio antara laba usaha (operating income) dengan aktiva usaha.
Tingkat profitabilitas (return onINVESTEMENThttp://cdncache1-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png atau operating earning power) dihitung dengan rumus:


Kelebihan investasi pada aktiva usaha (operating assets) berkaitan dengan tingginya cost seperti biaya pemeliharaan, pajak, bunga, dan biaya tetap lainnya. Ini akan memberikan beban berat bagi perusahaan. Jika keadaan ini tidak diikuti/diimbangi dengan volume penjualan yang lebih besar dari efisiensi pengolahan yang lebih tinggi akan berakibat perusahaan menuju insolvencyterutama bila dana berasal dari pinjaman jangka menengah dan jangka panjang.
Sebagai contoh berikut ini:


Berdasarkan contoh diatas, return onINVESTMENThttp://cdncache1-a.akamaihd.net/items/it/img/arrow-10x10.png (ROI) atau tingkat profitabilitas perusahaan selama jangka enam tahun (2002) menunjukkan kecenderungan menurun, secara berturut-turut yaitu 6,2%, 6,0%, 4,5%, 65,3%, 5,4%, dan 5,7%. Kenaikan aktiva usaha (operating assets) tidak berhasil diikuti kenaikan penjualan (sales) secara sebanding. Hal ini tercermin pada ratio of net sales ti total operating assets yang terus menurun sampai tahun 2002 (79,5%, 78,5%, 63,0%). Atau dapat dikemukakan bahwa perluasan aktiva usaha tidak diikuti dengan penghematan biaya secara sebanding. Total operating assets telah meningkat sebesar 57%, tetapi biaya usaha dalam arti luas telah meningkat lebih banyak, yakni 87%. Dana ini akan mempengaruhi besarnya laba usaha ( yang ternyata hanya meningkat sebesar 44%).

 OPERATING RATIO
Operating ratio merupakan rasio antara biaya usaha keseluruhan (harga pokok penjualan ditambah dengan biaya usaha) dengan penjualan neto. Angka 100% dikurangi operating income to net sales sama dengan operating ratio.
Sebagai contoh berikut ini:

Operating ratio yang tinggi adalah tidak menguntungkan karena berarti proporsi laba usaha akan rendah yang mungkin tidak cukup untuk menutup beban bunga, deviden, dan beban lainnya. Kita ketahui bahwa dalam laporan laba rugi masih terdapat pos pos penghasilan lain-lain (other revenue), biaya lain-lain, laba rugi insindentil, dan pajak perseroan (income taxes). Pos-pos ini pun harus dianalisis lebih lanjut dalan rangka menganalisis laba bersih (net income).
Dalam menganalisis Operating ratio dan of operating income to net sales, harus diamati perubahannya dari tahun ke tahun atau antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain (industri), terutama kebijaksanaan yang menyangkut biaya-biaya seperti biaya penyusutan, amortisasi, kerugian karena piutang tidak kembali, biaya pemeliharaan, biaya perbaikan, sewa, riyalti, manajement fee, dan lain-lain.
Dari contoh 8.6, operating ratio selama enam tahun terus meningkat, yakni 92,2%, 92,4%, 92,8%, 93,5%, 93,7%, dan 93,9%. Meningkatnya operating ratio ini tidak menguntungkan perusahaan karena meningkatnya operating ratio berarti menurunkan ratio of operating income to net sales profit margin.
Adapun banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba bersih (net income). Faktor-faktor tersebut, yaitu sebagai berikut:
1.      Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual perunit.
2.      Naik turunnya harga pokok penjualan. Perubahan harga pokok penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau di produksi atau dijual dan harga pembelian per unit atau harga pokok per unit.
3.      Naik turunnya biaya usaha yang di pengaruhi oleh jumlah unit yang dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi perusahaan.
4.      Naik turunnya pos penghasilan atau biaya non operasional yang dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan perubahaan kebijaksanaan dalam pemberian atau penerimaan discount.
5.      Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6.      Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

http://nur-indrawan.blogspot.co.id/2012/10/a-pentingnya-analisis-perubahan.html